R
|
okok dikategorikan
sebagai NAPZA. Zat adiktif yang
terkandung di dalam sebatang rokok tidak beda dengan sifat NAPZA yang membuat
orang ketagihan. Khawatirkah perokok? Zat adiktif di dalam rokok membuat para
penngemarnya menjadi kecanduan dan ketergantungan terus. Itu sebabnya, sebagian ahli menyebutkan rokok
termasuk dalam kategori NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika dan Zat
Adiktif) sebab bagi mereka yang merokok akan merasa ketagihan dan ketergantungan
pada tembakau.
Dia membenarkan sebagai salah
satu jenis bahan adiktif yang tercakup dalam kategori berbahaya , yaitu rokok
kurang mendapat perhatian di kalangan orang tua maupun anak. Hingga kini jumlah perokok tidak berkurang
dari beberapa survey yang dilakukan.
Bahkan, kebiasaan merokok telah dimulai dari usia anak-anak dan
remaja. Mungkin itu sebabnya, seorang
perokok sulit menghentikan kebiasaan merokok karena sudah menjadi kebiasaan
yang dilakoni bertahun-tahun. Rokok
sudah menjadi bagian dari hidupnya dan kenikmatan yang dirasakan sulit
digantikan.
Survei nasional yang dilakukan
BNN pada 2003 menunjukan, kebiasaan merokok di kalangan remaja merambah pada
pelajar sekolah menengah tingkat pertama (SMP), sekolah menengah tingkat atas
(SMA). Fenomena yang terungkap adalah
31,7% pelajar dan mahasiswa pernah merokok dan dalam satu tahun terakhir
cenderung meningkat menjadi 70%.
Data itu tentu patut menjadi
perhatian. Apalagi bila rokok masuk
kategori NAPZA. Akibatnya, generasi muda
saat ini dibayangi gangguan fungsi mental psikologis seperti gangguan persepsi,
daya pikir, kreasi dan emosi. Serta
masih banyak lagi dampak-dampak lain hingga menyebabkan kematian.
Bahkan, hasil terbaru dari
Global Tobacco Youth Suvey (GYTS), survei merokok pada remaja Jakarta, Bekasi
dan Medan yang dirilis tahun ini menunjukan angka-angka yang makin
menghawartirkan. Survei ini merupakan
bagian sruvei WHO & CDC (Atlanta)
yang diselenggarakan di lebih dari 100 negara di dunia mengungkapkan
peningkatan tren anak yang merokok.
Di Jakarta, data GYTS
menunjukkan 34% murid sekolah usia SMP pernah merokok dan 16,6% saat ini masih
merokok. Sementara di Bekasi, angkanya
tidak jauh beda, yakni 33% murid sekolah SMP pernah merokok dan 17,1% hingga
kini masih merokok. Sementara diluar
Jawa yakni Medan
34,9% murid SMP pernah merokok dan 20,9% masih aktif merokok hingga kini.
Sulitnya faktor lingkungan ikut
mendukung anak-anak atau remaja menjadi perokok. Data GYTS menunjukan, di Jakarta terdapat
69,3% murid sekolah usia SMP yang membeli rokok pada penjual rokok. 68,1% dapat memeli rokok secara mudah tanpa
ditanyakan usianya oleh penjual rokok.
Sementara, di daerah penyangga seperti Bekasi, 67,9% murid sekolah usia
SMP membeli rokok pada penjual rokok.
68,2% dapat membeli rokok dengan mudah tanpa ditanyakan usianya oleh
penjual rokok.
Sedangkan di kota
terbesar di pulau Sumatera, Medan,
didapatkan 69,7% murid sekolah usia SMP membeli rokok pada penjual rokok dengan
mudah tanpa ditanyakan usianya oleh penjual rokok.
Melihat kondisi seperti ini
tentu tidak aneh jika perkembangan perokok masih sulit dikendalikan. Banyak faktor yang menyebabkan kecenderungan
orang menjadi perokok antara lain lingkungan tempat tinggal dan ketersediaan
rokok itu sendiri.
“Hal itu seakan menjadi
pekerjaan rumah bagi para orang tua, keluarga, guru atau insan pendidikan,
serta masyarakat atau lebih diberikan perhatian dan pengarahan kepada
anak-anaknya yang sedang beranjak remaja”, kata dr. Nanang.
RACUN BAGI ORANG LAIN
Asap rokok terdiri dari asap
utama yang dihirup oleh perokok atau asap samping. Celakanya, bahan beracun lebih banyak berasal
dari asap samping, misalnya karbon monooksida 5 kali lipat pada asap samping,
benzopirin 3 kali lipat dan ammonia 50 kali lipat. Bahan-bahan itu dapat bertahan beberapa jam
setelah kegiatan merokok dihentikan.
Asap samping inilah yang kemudian dihirup oleh perokok pasif. Siapa perokok pasif? Mereka adalah
orang-orang disekitar perokok yang tidak merokok. Bila yang terjadi di luar ruang atau alam
terbuka mungkin dampak yang ditimbulkan tidak terlalu besar. Namun, masalah besar muncul rokok yang
dihisap di dalam ruangan. Bahkan, di
dalam rumah yang sebagian di antaranya dihuni oleh anak-anak.
Survei Global Youth Tobacco (GYTS)
di Indonesia
yang dirilis akhir Mei lalu bisa menjadi salah satu gambaran mengenai pengaruh
rokok di rumah terhadap perilaku yang di
lakukan anak. Di Jakarta, terdapat 66,8%
murid sekolah usia SMP tinggal serumah dengan orang tua yang merokok dan 81,6%
tercemar asap rokok di luar rumah.
Sementara di daerah pinggiran
seperti Bekasi, angkanya tidak jauh berbeda yani 66,3% murid SMP yang tinggal
serumah dengan orang yang merokok dan 79,5% terancam asap rokok di luar rumah.
Lalu bagaimana di luar jawa? Ternyata kondisinya tidak lebih baik. Di pulau Sumatera, menunjukan 69% murid SMP
yang tinggal serumah dengan orang yang merokok dan 79,5% terancam asap rokok di
luar rumah.
SINDROM PUTUS TEMBAKAU
Salah satu problem utama yang
dihadapi bagi para pecandu rokok untuk berhenti menghisap rokok adalah sindrom
puts tembakau. Sindrom ini merupakan
gejala tidak mengenakan baik fisik maupun psikis. Untuk mengatasi itu, biasanya perokok akan
menghisap kembali tembakau atau rokok dengan jumlah yang semakin banyak dan
sering.
“Akhirnya membuat orang akan
kembali lagi merokok. Gejala yang sering
muncul berupa mulut terasa tidak enak, mudah tersinggung dan marah, gangguan
konsentrasi, sakit kepala, mengantuk dan gangguan pencernaan”, ungkap Prof. DR.
H. Dadang Hawari.
Namun demi kebutuhan atau
mengatasi kecanduan rokok, sindrom putus tembakau tentu harus dihadapi. Seperti halnya mengobati satu penyakit,
ketidak nyamanan akibat pengobatan merupakan konsekuensi untuk mencapai kesembuhan. Maka berbagai metode dikembangkan agar
kebiasaan merokok bisa dihilangkan.
Badan Kesehatan Dunia atau World
Health Organization (WHO) memperkenalkan metode yang berasal dari dalam diri
perokok itu sendiri. Intinya, berhenti
merokok harus berasal dari tekat yang kuat.
Kalau seseorang punya keinginan untuk berhenti merokok, tekatnya harus
diperkuat.
Maka para perokok yang ingin
berhenti dianjurkan untuk memproklamirkan diri berhenti merokok di depan
teman-teman. Meski itu tidak mudah
karena sebagian orang telah menganggap merokok
sebagai budaya yang tertanam di masyarakat.
Namun, dengan mengungkapkan keinginan untuk berhenti merokok, lingkungan
seperti teman atau keluarga ikut mendukung dengan ikut mengawasi.
Bila suatu waktu keinginan
merokok muncul, cari tempat yang lega, keluar rumah, kemudian tarik nafas
panjang tiga kali. Minum air bening 3
atau 4 gelas. Bila dorongan untuk
merokok masih kuat, jalan kaki kurang lebih 10 menit atau lompat-lompat,
hidupkan radio, TV atau kaset, putar lagu-lagu favorit dan nikmati dengan santai.
Saat masih dalam transisi
disarankan untuk hindari pertemuan atau dikunjungi oleh keluarga dan teman yang
masih merokok. Temui teman, keluarga
atau siapa saja yang telah berhasil berhenti merokok atau yang tidak merokok.
Selain dengan tekat dan dukungan
dari keluarga, sebenarnya ada obat-obat yang bisa membantu mengatasi masalah
rokok, yakni berupa antidepresan, antiobesitas, antinikotinik dan herbal. Tujuan dari pengobatan adalah mengurangi
gejala ketagihan mengurangi sakaw dan mengurangi kenikmatan rokok.
Langkah lain adalah nicotine
replacement therapy (NRT). NRT berupa
menanggulangi gejala ketagihan (sakaw) karena nikotin yang membuat ketagihan
(adiksi), maka nikotin diturunkan pelan-pelan.
NRT ada dalam beberapa bentuk mulai dari plester, permen karet, roll on,
inhalasi dan suntikan.
Sayangnya, selain belum
familier, obat ini belum tersedia di Indonesia. Dengan demikian ancaman akibat asap rokok
tetap tinggi membayangi kehidupan kita, entah sampai kapan.
MEMPERPENDEK USIA 12
MENIT
Kampanye anti rokok gencar di
suarakan, tapi hasilnya belum signifikan mengurangi jumlah perokok. Disisi lain para produsen rokok menyiasatinya
dengan kampanye antirokok dengan mengusung produk rokok low tar low nicotine.
Masalahnya, rokok tetaplah rokok
dengan berbagai dampak negatif yang ditimbulkan bagi kesehatan, meski kandungan
nicotine dan tar makin rendah, efek negatif tetap tak terelakan. Bahkan, setelah merokok menggunakan filter
sekalipun kandungan zat berbahaya tetap tidak bisa hilang. Filter hanya menghambat 5% dari bahan-bahan
kimia yang ada di rokok. Sebanyak 5%
dihambat, 95% tetap masuk.
Banyak bahan kimia yang
terkandung dalam rokok, sehingga mencapai 4.000 jenis membuat kebiasaan merokok
berpontensi menimbulkan bibit-bibit penyakit.
Bahan kimia yang terkandung di dalam rokok selain bersifat racun,
seperti nicotine, karbon monooksida, serta lebih dari 40 jenis bersifat
karsinogenik yang dikeluarkan melalui asap yang dihembuskan perokok.
Karbon monooksida adalah zat
lain yang terkandung dalam sebatang rokok.
Karbon Monooksida (CO) terbentuk dari pembakaran bahan dalam rokok yang
bersifat racun bagi tubuh. Zat ini
berkopetensi dengan oksigen merebut hemoglobin dalam darah. Dengan begitu, tubuh cenderung kekurangan
oksigen. Selain itu CO dapat merusak
sel-sel dalam pertumbuhan darah sehingga pembuluh darah menjadi keras dan tidak
elastis.
Itu baru efek jangka pendek,
jangka panjang perokok harus mengadapi berbagai resiko kematian yang lebih
tinggi dibandingkan non perokok. Usia
perokok 10-15 tahun lebin cepat dijemput maut.
Penyebab kematian akibat rokok diantaranya kanker paru-paru, bronchitis
kronis hingga penyakit jantung koroner.
Prof. DR. Dr. H. Dadang Hawari,
psikiater dari FKUI, mengatakan rokok dapat menimbulkan berbagai penyakit
mematikan. Rokok merupakan pembunuh
nomor tiga setelah sakit jantung dan
kanker. “Satu batang rokok menyebabkan
umur seseorang memendek 12 menit. Adapun
sebanyak 57 ribu orang per tahun di Indonesia mati karena merokok”
tambahnya.
TUJUH EFEK BURUK MEROKOK
Rokok mampu mengurangi usia
anda. Mungkin kalimat tersebut tak lagi
mempan. Bagaimana jika rokok ternyata
bisa membuat anda susah cari pasangan alias tak laku? Rupanya rokok punya efek buruk terhadap
pribadi anda yang ingin segera mendapatkan pendamping. Tak ingin sendiri lagi? Berhenti merokok.
- Aroma Tubuh
Coba anda cium aroma tubuh anda sendiri. Mungkin anda tak lagi memperhatikan karena
anda terbiasa hidup dengan aroma rokok itu.
Tapi bagaimana dengan orang baru yang coba masuk dalam hidup anda. Segala sesuatu yang ada di sekitar anda akan
berbau rokok. Rambut, baju, kulit, mobil
juga rumah anda dipenuhi aroma rokok.
- Wajah
Merokok bisa membuat wajah keriput, terutama
disekitar mulut anda. Keriput berlebih
yang dialami pria maupun wanita rata-rata memang akibat dari rokok.
- Noda Gigi dan Bau Mulut
Berciuman dengan seorang perokok sama saja dengan
mencium asbak. Rokok bisa menyebabkan
gigi berwarna coklat dan kuning. Bukan
hanya itu saja, bakteri yang di mulut dapat menyebabkan bau yang tidak
sedap. Hal itu tentu saja membuat anda
sama sekali tak terlihat menarik.
- Jari Menguning
Sebuah pertanyaan?
Apakah anda rela, rambut indah anda dibelai-belai oleh pria yang
jemarinya berwarna kuning karena terlalu sering memegang rokok dan juga berbau? Hiii….
- Impotensi
Hal ini jelas sekali.
Rokok sanggup membuat proses ereksi tak maksimal. Selain kesehatan terganggu, kehidupan seks
juga jadi resiko jika anda telah kecanduan dengan tembakau.
- Depresi
Orang yang stress dan depresi biasanya jadi lebih
banyak merokok. Padahal sebenarnya rokok
sama sekali tak membuat perasaan depresi menghilang. Bahkan rokok sanggup meningkatkan perasaan
khawatir dan panic. Ketika anda tak
bermasalah sekalipun, pada saat merokok, orang lain akan melihat anda seperti stress
dan punya masalah besar.
- Sirkulasi Tubuh Buruk
Orang yang biasa merokok bisa ditandai dengan tangan
dan kakinya yang selalu dingin. Hal ini
terjadi akibat sirkulasi oksigen yang masuk ke dalam tubuh tidak tepat. Karena masuknya oksigen malah dibarengi
dengan udara kotor dari asap rokok. Ini
juga dapat memicu timbulnya masalah stroke.
TIPS BERHENTI MEROKOK
- Paling utama yang harus dilakukan untuk bisa berhenti merokok adalah persiapan diri termasuk niat kuat untuk menjauhi rokok.
- Tentukan tanggal untuk berhenti.
- Buang semua rokok dan asbak dan jangan biarkan orang merokok di rumah.
- Mencari dukungan. Beritahu keluarga dan teman bahwa anda ingin berhenti. Minta mereka tidak merokok di dekat anda.
- Belajar perilaku baru. Alihkan pikiran dari keinginan merokok, seperti ngobrol, jalan-jalan atau melakukan kesibukan lain. Saat pertama berhenti, ubah rutinitas. Lakukan sesuatu untuk mengurangi stress, mandi air hangat atau berolahraga. Rencanakan hal-hal yang menyenangkan.
- Minum banyak air.
- Minta pengobatan.
- Bersiap menghadapi keiningan merokok kembali. Kebanyakan kekambuhan terjadi dalam waktu tiga bulan setelah berhenti. Jangan putus asa! Beberapa gejala yang bisa dicermati supaya tidak kambuh, seperti alkohol , perokok lain, kenaikan berat badan dan depresi.
- Sekali berhenti jangan pernah mencoba lagi.
0 komentar:
Posting Komentar